Iman Ilmu Amal
Secara
garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP. 1) Dasar-dasar
Kepercayaan; 2) Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan; 3)
Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir); 4)
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan; 5) Individu dan Masyarakat;
6) Keadilan Sosial dan Ekonomi; 7) Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan.
Ketujuh persoalan itu secara sederhana dapat diintisarikan dalam tiga
kata: iman, ilmu, amal.
Iman,
adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri manusia.
Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar adalah
percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu
keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan
Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam),
berupa ibadah (pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar
tetap ingat kepada Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana
dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik
untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri;
sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada
kebenaran (Tuhan) semata-mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya
adalah syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan.
Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya
yang meniadakan kemerdekaan asasi.
Tuhan
adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak. Yang
selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas
sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai
Yang Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah
manusia kembali. Kembali kepadaNya berarti menuju kepada Kebenaran.
Namun Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia.
Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk
itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk
mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif,
kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui
manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran Mutlak.
Ilmu
adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang alam
dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan
dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan
kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan
tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumNya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia
adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia-manusia lain
dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin dapat
memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya.
Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam
bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal.
Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam
usaha yang sungguh-sungguh secara esensial menyangkut kepentingan
manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat
sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai
manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf. Lawannya disebut nahi munkar,
yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai
kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan
misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta
usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan
layak sebagai manusia.
Dengan
integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu memenuhi
kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah di
hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut.
menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata
demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai
alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang
benar.
Status NDP
Selama
ini HMI dikenal dengan tradisi pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan
selalu ada kritik dan otokritik terhadap segala sesuatu yang ada. Hal
ini memungkinkan adanya perbaikan dan pengembangan ke arah yang lebih
baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang taken for granted
oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI tidaklah sama dengan al-Quran bagi
umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena itu meskipun
perumusannya didasarkan pada wahyu yang bersifat mutlak, NDP tak lebih
dari sekadar hasil interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif.
NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis
untuk mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri.
Keberadaan NDP harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku
salah seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah NDP masih relevan
dengan kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan bisa saja,
asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada
sekarang.
No comments:
Post a Comment