Thursday, 13 December 2012

iman, ilmu dan amal

Iman Ilmu Amal
Secara garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP. 1) Dasar-dasar Kepercayaan; 2) Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan; 3) Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir); 4) Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan; 5) Individu dan Masyarakat; 6) Keadilan Sosial dan Ekonomi; 7) Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara sederhana dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.
Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah (pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar tetap ingat kepada Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri; sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada kebenaran (Tuhan) semata-mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi.
Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak. Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai Yang Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah manusia kembali. Kembali kepadaNya berarti menuju kepada Kebenaran. Namun Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif, kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran Mutlak.
Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumNya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia-manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya. Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara esensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf. Lawannya disebut nahi munkar, yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut. menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang benar.
Status NDP
Selama ini HMI dikenal dengan tradisi pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik terhadap segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu yang bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif. NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis untuk mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada sekarang.

No comments:

Post a Comment